Tuesday, September 14, 2010

Pembuka Jalan ke Sastra Dunia

Judul: Ensiklopedia Sastra Dunia
Penyusun: Anton Kurnia
Penerbit: iboekoe (Indonesia Buku)
Cetakan: I, Oktober 2006
Tebal: xvi + 314 halaman
Peresensi: Hernadi Tanzil*
http://www.ruangbaca.com/

Dalam konteks Indonesia rasanya tak banyak buku yang secara khusus menyingkap riwayat hidup dan karya sastrawan dunia. Kalaupun ada, mungkin hanya sebatas nama-nama beserta karya-karya pemenang Nobel seperti yang ditulis Djoko Pitono Hadiputro dalam Seabad Para Pemenang Nobel Sastra (2001, Edumedia). Ada lagi karya Korrie Layun Rampan, Tokoh-Tokoh Cerita Pendek Dunia (Grasindo, 2005).

Selain dua buku di atas, ada beberapa karya terjemahan yang masih seputar nama-nama pemenang Nobel sastra. Sedangkan buku-buku berbahasa Indonesia yang berisi peta sederhana mengenai tokoh serta karya sastra dunia yang menyeluruh rasanya belum ada.

Ensiklopedia Sastra Dunia yang disusun Anton Kurnia ini mencoba mengisi kekosongan itu. Karya ini dibagi menjadi tiga bagian: Tentang Sejumlah Nama, Tentang Sejumlah Karya, dan Tentang Sejumlah Hadiah Sastra. Bab Tentang Sejumlah Nama memuat profil 315 sastrawan dari berbagai penjuru dunia dan zaman, dari Homer hingga pemenang Nobel Sastra 2006 Orhan Pamuk.

Di bab Tentang Sejumlah Karya tercantum lima kategori seratus karya terbaik: Terbaik Sepanjang Masa, Novel Abad ke Dua Puluh, Buku Sastra Terpilih Karya Perempuan, Novel Gay dan Lesbian Terbaik, dan Tokoh Fiksi Paling Mengesankan.

Bab Tentang Sejumlah Hadiah Sastra memuat daftar sejumlah hadiah sastra terkemuka, seperti Hadiah Nobel Sastra, Booker Prize, Pulitzer Prize, dan Akutagawa Prize. Ada 19 jenis penghargaan, dengan beragam genre. Semuanya tersaji rinci lengkap dengan keterangan mengenai jenis penghargaan, hadiah yang dibagikan, berserta nama-nama pemenang dan karyanya.

Buku ini juga dilengkapi keterangan mengenai karya-karya sastra dunia yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Namun, di balik kelengkapannya, ada beberapa kekurangan yang bisa disebut. Pertama, tidak ada satupun foto para sastrawan di dalamnya. Kedua, data mengenai karya terjemahan tidak mencantumkan nama penerjemah, tahun terbit, maupun nama penerbitnya. Padahal, data ini bermanfaat bagi pembaca.

Berapa banyak sastrawan Indonesia yang masuk dalam ensiklopedi ini? Di antara ratusan nama, pembaca hanya akan menemukan satu nama Melayu dan satu nama Indonesia, yakni Abdullah bin Abdul Kadir dan Pramoedya Ananta Toer. Ini menandakan bahwa sastrawan Indonesia hanya mampu “bermain” di wilayah domestik. Negara sesama Asia, seperti India, Jepang, dan Cina telah melahirkan sastrawan kelas dunia.

Tentang hal ini, Anton Kurnia menggambarkan dalam pengantarnya: “Mereka memang memiliki tradisi sastra yang kuat dan sejarah yang panjang. Mereka juga mau belajar dengan menyalin karya-karya asing dari khazanah sastra dunia ke bahasa mereka, menerbitkannya sebagai buku, serta menelaah dan menarik manfaat darinya. Kemudian, bila saatnya telah tiba, mereka kembali melahirkan karya-karya yang setara dengan karya-karya terbaik dunia lainnya.” (h. xiii).

Karya yang langka seperti ini patut diapresiasi, karena memudahkan mereka yang berminat mengenal khazanah sastra dunia. Seiring dengan perjalanan waktu, di masa mendatang ensiklopedi ini mesti diperbarui materinya. Bukankah nama-nama baru akan selalu muncul dan menyemarakkan jagat sastra dunia?

*) Pecinta buku & pengelola bukuygkubaca.blogspot.com

0 comments:

Post a Comment

◄ New Post Old Post ►