Monday, September 27, 2010

Siti Sulami, Pelajar Novelis asal Desa Terpencil di Jombang

Berharap Lanjutkan Kuliah dari Hasil Menulis
Rojiful Mamduh
http://www.jawapos.co.id/

Jangan pernah mengartikan bahwa cobaan adalah akhir sebuah cerita. Artikanlah ia sebagai sebuah episode baru kehidupan, dimana episode-episode berikutnya adalah jalan cerita menuju kebahagiaan

DUA kalimat tersebut menutup novel berjudul Fatikah Cinta. Satu-satunya buah karya Siti Sulami, yang telah diterbitkan Pustaka Ilalang Lamongan. Dua novel lainnya rencananya segera menyusul untuk diterbitkan. Masing-masing dengan judul Ketika Maut Ikut Bermimpi serta Cinta dan Kehidupan.

”Keduanya masih dalam tahap penyelesaian,” ujar siswi kelas XII/IPS MAN Genukwatu ini. Salah satu sekolah yang terletak di arah barat daya Kecamatan Ngoro, Jombang. Berjarak 20 kilometer dari pusat Kota Jombang. Sekaligus menjadi salah satu wilayah perbatasan antara Jombang dan Kediri.

Nuansa pedesaan masih sangat kental di lingkungan sekolah tersebut. Lebih dari 80 persen penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Dan lebih dari 60 persen luas lahan yang ada masih berupa areal persawahan. Termasuk yang mengelilingi bangunan sekolah tersebut.

Sulami sendiri sehari-hari tinggal di Dusun Sumbersari, Desa Genukwatu. Tepat di samping lokasi penggalian sirtu. Yang hanya berjarak dua kilometer dari sekolah. Namun jalan desa yang harus dilalui cukup sulit. Lantaran masih berupa tanah liat berbatu, yang menjadi sangat becek saat penghujan dan berdebu tebal saat kemarau. ”Kalau ke sekolah naik sepeda angin paling cuma 15 menit,” ucapnya polos.

Bungsu dari tujuh bersaudara pasangan Subandi dan Sulasiyah ini memang nampak cerdas. Di tengah keseriusan wawancara, dirinya masih sempat beberapa kali menyelipkan gurauan. ”Rumah saya memang di bawah ”bar”, barongan (rerimbunan pohon bambu, Red),” ucapnya terkekeh.

Dara kelahiran 22 Juli 1990 ini mengaku mulai menulis sejak di bangku kelas XI. Setelah mendapat bimbingan dari guru ektrakurikulir kelompok ilmiah remaja (KIR). ”Mulanya sama Pak Faqih diajari dan diminta membuat karya tulis ilmiah,” terangnya. Namun tak lama berselang, dirinya mulai diminta untuk menulis fiksi semisal cerpen. Setelah diberi bimbingan dan beberapa koleksi buku cerpen dan novel.

Sejak itu semangat menulisnya semakin tumbuh. Seiring besarnya minat baca yang dimiliki. Sampai-sampai, dia rela mengumpulkan uang sakunya hanya untuk membeli buku, selain pinjam buku dari sana-sini. Lantaran buku fiksi yang tersedia di kampus, telah habis dilahapnya.

”Saya juga selalu termotivasi untuk bisa seperti beberapa penulis cilik lainnya,” terangnya. Diantaranya Fina Af’idatussofa, 17, siswi sekolah alternatif Qoryah Toyyibah Salatiga Jawa Tengah yang telah menulis sejumlah buku. Diantaranya Sebatas Angan Rindu, Lebih Asyik Tanpa UN, Just For you, Ustadz dan Gus Yahya Bukan Cinta Biasa.

”Saya juga idola Zizi,” terangnya. Yakni Azizah Hefni, yang saat lulus dari bangku MAK Bahrul Ulum Tambakberas tahun 2004 telah menelorkan sejumlah antologi cerpen semisal Pertemuan di Rintik Hujan. Hingga kini, mahasiswi UIN Malang tersebut aktif menulis di berbagai media. ”Saya ingin terus menulis untuk biaya kuliah,” terangnya.

Lantaran orang tuanya sudah secara terang-terangan menyatakan tidak mampu membiayai studi di perguruan tinggi. Selain sudah beranjak tua, usaha yang mereka geluti juga semakin sepi. ”Bapak sudah tua, sekarang jual buah pakai motor juga sering dirazia trantib,” paparnya.

Sehingga kini sang bapak kian jarang berjualan. Karena itu pula, dari enam saudaranya, tidak ada satupun yang melanjutkan studi ke perguruan tinggi. ”Rata-rata hanya lulus SMP, yang SMA cuma dua,” terangnya.

Padahal tekadnya untuk melanjutkan studi sangat tinggi. ”Saya ingin kuliah di jurusan Sastra,” terangnya. Agar dapat terus mengembangkan bakat menulisnya. ”Karena itu saya terus berusaha dan berdoa. Kalau Andrea Hirata bisa, saya yakin orang lain juga bisa,” ujarnya sembari mengaku sudah membaca tiga bagian dari tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yakni Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor. ”Jika sukses, kelak saya ingin menulis memoar seperti dia,” ucapnya ringan. (yr)

0 comments:

Post a Comment

◄ New Post Old Post ►