Monday, March 12, 2012

Emha Ainun Nadjib: Masyarakat Harus Kritis

Surya Lesmana
http://www.suarapembaruan.com/

Maraknya pemberitaan media, khususnya infotainmen di televisi memberitakan kasus video porno mirip Ariel dan Luna Maya, rupa-rupanya mendapat perhatian budayawan Emha Ainun Nadjib. Pria yang akrab dipanggil Cak Nun ini agak heran dengan pemberitaan di stasiun-stasiun televisi yang berlomba-lomba mengupas kasus video mesum tersebut.

“TV justru malah mendukung (pemberitaan) Luna Maya, sedangkan ada kegiatan Istighotsah (doa bersama) yang dihadiri ribuan orang tidak masuk TV. Yang jelek justru menjadi perhatian, sedangkan yang baik-baik diabaikan,” ujar Cak Nun seperti dikutip Antara, di Surabaya, Jawa Timur, belum lama ini.

Lelaki kelahiran Jombang itu meminta masyarakat untuk bersikap kritis tanpa bergantung sikap pemerintah. “Dalam kondisi karut-marut karena banyak pihak yang justru mementingkan kejelekan daripada kebaikan itu, masyarakat jangan bergantung pemerintah atau siapa pun,” tuturnya.

Oleh karena itu, kata Cak Nun, masyarakat hendaknya rajin membaca buku untuk menjadi “pintu” dalam berpikir kritis, sehingga mereka tidak mudah dibodohi siapa pun, termasuk pemerintah. “Misalnya, soal rokok, masyarakat harus jeli dan kritis. Kenapa soal rokok saja yang diributkan. Itu karena di situ ada banyak kepentingan, karena itu banyaklah membaca,” tegasnya.

Menurutnya, rokok itu tak cukup disikapi dengan fatwa haram atau argumentasi medis, sebab rokok lebih patut dipahami dengan kalbu (suara hati). Membawa masyarakat supaya mau bersikap kritis melalui pertemuan-pertemuan sosial, kerap dilakukan Cak Nun. Saat bertemu, ia melakukan berbagai dekonstruksi pemahaman atas nilai-nilai, pola-pola komunikasi, metode hubu- ngan kultural, pendidikan cara berpikir serta pengupayaan solusi-solusi masalah masyarakat.

Dalam kesehariannya, Emha terjun langsung di masyarakat dan melakukan aktivitas-aktivitas yang merangkum dan memadukan dinamika kesenian, agama, pendidikan politik, sinergi ekonomi guna menumbuhkan potensi rak- yat. Di samping aktivitas rutin bulanan dengan komunitas Masyarakat Padhang Bulan, ia juga berkeli- ling ke berbagai wilayah nusantara, rata-rata 10-15 kali per bulan bersama Musik Kiai Kanjeng. Rata-rata 40-50 acara massal yang umumnya dilakukan di area luar gedung.

Selain itu, ia juga menyelenggarakan acara Kenduri Cinta sejak tahun 1990-an yang dilaksanakan di Taman Ismail Marzuki. Kenduri Cinta adalah forum silaturahmi budaya dan kemanusiaan yang dikemas sangat terbuka, nonpartisan, ringan dan dibalut dalam gelar kesenian lintas generasi.

Emha Ainun Nadjib (lahir di Jombang, Jawa Timur, 27 Mei 1953 (57) adalah seorang tokoh intelektual yang mengusung napas Islami di Indonesia. Ia merupakan anak keempat dari 15 bersaudara. Pendidikan formalnya hanya berakhir di Semester 1 Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM).

Bersikap Kritis

Suami dari artis Novia Kolopaking ini pernah merasakan pendidikan di Pondok Pesantren Modern, Gontor, Ponorogo. Sejak muda ia juga sudah dikenal kritis. Karena sikap kritisnya itu, ia pernah dikeluarkan dari tempatnya mendalami pendidikan karena melakukan demonstrasi melawan pemerintah di era rezim pemerintahan Soeharto, pada pertengahan tahun ketiga studinya. Selain di Pondok Gontor, Cak Nun juga menamatkan bangku sekolah menengah atasnya di SMA Muhammadiyah I Yogyakarta.

Cak Nun juga pernah mengikuti lokakarya teater di Filipina (1980), International Writing Program di Universitas Iowa, Amerika Serikat (1984), Festival Penyair Internasional di Rotterdam, Belanda (1984) dan Festival Horizonte III di Berlin Barat, Jerman (1985).

Sejumlah drama juga kerap dipentaskannya yang merepresentasikan masalah sosial dan kondisi Indonesia pada saat itu sebagai bentuk dari sikap kritisnya. Contohnya Mas Dukun (1982) mengenai gagalnya lembaga kepemimpinan modern. Patung Kekasih (1989) mengenai pengultusan terhadap seorang tokoh. Ada juga Geger Wong Ngoyak Macan (1989) tentang pemerintahan Soeharto.

Cak Nun juga menerbitkan puluhan buku puisi dari kurun waktu tahun 1976 hingga 2001. Sedangkan, buku-buku esainya sudah mencapai lebih dari 30 buah. Semasa muda di Yogyakarta, Cak Nun banyak berlajar sastra dari seorang sufi asal Banda yang di kalangan seniman punya julukan Presiden Malioboro, Umbu Landu Paranggi. Umbu Landu adalah seorang penyair Indonesia yang sering disebut sebagai tokoh misterius dalam dunia sastra Indonesia sejak 1960-an. Pada tahun 1970-an, ia membentuk komunitas penyair Malioboro.

Umbu Landu seperti menjauh dari popularitas dan publik. Ia konon sering “menggelandang” sambil membawa kantung plastik berisi kertas-kertas, yang tidak lain adalah naskah-naskah puisi koleksinya. Orang-orang menyebutnya “pohon rindang” yang menaungi bahkan telah membuahkan banyak sastrawan kelas atas, seperti Cak Nun, Linus Suryadi dan musisi Ebiet G Ade.
[Berbagai Sumber]

Emha Ainun Nadjib
Tempat Tanggal Lahir: Jombang, Jawa Timur, 27 Mei 1953
Aktivitas: Tokoh Intelektual Muslim, membuat puisi dan buku, Jaringan Kesenian Sanggar Bambu, Teater Dinasti.

0 comments:

Post a Comment

◄ New Post Old Post ►