Tuesday, October 5, 2010

Menyimak, Suara, Sagang, dan…

Hasan Junus
http://www.riaupos.com/

KETIKA TIJ yaitu Taufik Ikram Jamil dan Ion yakni Mafirion pada bulan Oktober 1992 mengajak saya ikut menyelenggarakan media sastra tiga bulanan Menyimak yang nomor perdananya tercatat 28 Oktober 1992–29 Januari 1993 saya segera menjawab ya biarpun berhonorarium kecil. Media terbit sampai delapan terbitan dengan nomor terakhir tercatat 28 Juli 1994–28 Oktober 1994.

Setelah Menyimak berhenti terbit datanglah Al yaitu Al azhar dan El yakni Elmustian Rahman mengajak pula saya ikut menyelenggarakan media sastra Suara yang nomor perdananya terbit pada bulan September 1998.

Majalah sastra budaya ketiga yang saya selenggarakan ialah majalah bulanan Sagang yang pertama kali terbit pada bulan Oktober 1998. Sagang bertahan terbit lama sampai hampir memasuki tahun keduabelas. Besok lusa mungkin sekali saya bekerja menerbitkan majalah sastra dan atau budaya entah di negeri Liliput yang berpenduduk setinggi lutut tepatnya enam inchi atau ke negeri Brobdingnag yang berpenduduk raksasa sebagaimana yang tertera dalam hikayat Gulliver karya pengarang Irlandia, Jonathan Swift. Pengarang ini telah membuat teropong dibalik-balikkan untuk membuat dunia menjadi terbalik-balik; kaum Liliput yang kecil dan kaum raksasa dapat dibuat hanya dengan membalik-balik lensa.

Sebelum itu saya sudah pun menyelenggarakan penerbitan sederhana (dengan cara stensilan dan kesederhanaan yang lain) bersama teman-teman seperti almarhum Sudirman Backry, Iskandar Leo (sekarang lebih dikenal sebagai Rida K Liamsi) dan almarhum Eddy Mawuntu.
Setiap media sastra dan budaya yang membabit nama saya senantiasa memiliki karakteristik. Misalnya Menyimak yang hampir setiap nomor menghidangkan sajak, esei dan cerita-pendek asli dan terjemahan; Suara menggapai dan tiada membedakan karya sastra masa kini yang boleh disebut modern dan masa lampau dan boleh juga disebut tradisional; dan Sagang yang memberi tempat, luang dan ruang kepada para penulis pemula dan pelanjut.

TIJ dan Zuarman Ahmad sudah berupaya maksimal. Al ada dalam Suara dan pernah punya luang dalam Sagang. El ada dalam Menyimak dan Suara. Dantje ada di Menyimak dan Sagang, Yang paling mengejutkan bagi saya ialah ketika seorang teman mengatakan bahwa di dunia ini hanya majalah kita-lah yang memakai kata-kerja sebagai nama medianya. Saya terpaksa berupaya keras mendapatkan beberapa majalah yang dapat mematahkan pendapat teman saya itu. Berkat ihsan teman-teman akhir saya berhasil mendapatkan dua majalah sastra, satu dari Perancis dan satu lagi dari Kanada berbahasa Perancis. Kedua majalah sastra itu namanya memakai kata-kerja yaitu majalah berbahasa Perancis terbitan Paris yaitu LIRE yang artinya ‘’mermbaca’’ dan majalah dari Kanada yaitu Ecrire aujourd’jui yang berarti ‘’menulis hari ini’’.

Lebih terkejut lagi setelah saya mendapatkan buku Jean-Paul Sastre Kata-kata (terjemahan Jean Couteau yang serentak saya dapatkan dari dua sumber yaitu Henri Chambert-Loir dan Al azhar). Mengapa terkejut? Karena Kata-kata Jean-Paul Sartre terdiri dari dua bagian yaitu Lire dan Ecrire yaitu “membaca” dan “menulis”.

Sangat pula terkejut ketika saya bertemu dengan teks Sartre di bagian “membaca” seperti ini: Aku seekor anjing: menguap, tetesan airmataku meleleh dan aku merasakannnya bergulir. Aku sebatang pohon, Angin terbentur pada rantingku hingga bergoyang-goyang. Aku seekor lalat, menabrak kaca, jatuh, lalu menabrak lagi. Kadang-kadang seperti dielus-elus oleh waktu yang tengah lewat, kadang-kadang –dan lebih sering– kurasakan waktu tidak mau lewat. Menit-menit bergetar, lalu rontok, menghanyutkan daku, tak habis-habis menghembuskan nafas, terlantar di sebuah pojok. Meski masih hidup, menit yang ini disapu, lalu digantikan menit-menit berikutnya, masih baru tapi tak kurang hampa dari sebelumnya. Kejijikan-kejijikan yang dinamai juga kebahagiaan.

Dalam teks asli berbahasa Perancis tertulis seperti ini: Je suis un chien: je bâille, les larmesroulent, je les sens rouler. Je suis un atbre, lr vent s’accroche à mes branches et les agite vaguement. Je suis une mouche, je grimpe le long d’une vitre, je dégringole, je recommence à grimper. Quelquefois, je sens la caressed u temps qui pase, d’autre fois – le plus souvent – je le sens qui ne passé pas. De tremblentes minutes s’affalent, m’engloutissent et n’en finissent pas d’agoniser, croupies mais encore vives, on les balaye, d’autres les remplacent, plus fraîches, tout aussi vaines; ces dégoûts s’appellent le bonheur; ma mère une répète que je suis le plus heureux des petits garçons.

Jean-Paul Sartre mengatakan dirinya seekor anjing, sebatang pohon, seekor lalat, sama halnya dengan pengarang Rusia, Nicolas Gogol, yang menjumpai anjingnya pandai berkata-kata seperti dinyatakan di dalam cerita Le journal d’un fou yaitu ‘’Catatan Harian Seorang Gila’’ diterjemahkan ke bahasa Perancis oleh Boris Schloezer sebagaimana dimuat dalam majalah sastra LIRE (Eté 1996, halaman 106–110).

Dalam kesusastraan Jepang tersebutlah nama Natsume Soseki yang fotonya pernah menghiasi mata uang Jepang Yen karena penghormatan orang terhadap karya sastra yang dihasilkannya. Salah-satu karyanya yang sangat terkenal ialah novel yang berjudul Wagahai wa Neko de Aru yang artinya ‘’Aku ini Sekor Kucing’’. Bagian pembuka karya ini lebih-kurang seperti berikut ini: Aku ini sekor kucing tapi sejauh ini aku tak mempunyai nama. Aku tak mempunyai kenangan yang kabur sedikitpun tentang tempat aku dilahirkan. Sesuatu yang kuingat dengan pasti ialah aku menangis ‘’ngeong, ngeong’’ di suatu tempat yang lembab dan suram entah di mana. Di situlah aku bertemu dengan seorang manusia untuk pertama kalinya dalam hidupku. Semua itu baru kusadari satu hari kemudian aku tahu orang itu dipanggil “mahasiswa’’ yaitu suatu jenis manusia yang paling ganas di antara nereka yang ganas-ganas. Aku pun tahu kadang-kadang si mahasiswa itu menangkap, memasakkan dan kadang-kadang menyuapi kami kucing-kucing ini. Ketika si mahasiswa meletakkan daku di telapak tangannya dan mengangkat aku perlahan-lahan, terasa aku seperti melayang-layang.

Susan Sontag dalam Pengantar terhadap buku karya pengarang Brazil terkemuka Macado de Assis yang terjemahan bahasa Inggerisnya Epitaph of a Small Winner menyatakan bahwa karya Natsume Soseki yang dalam terjemahan bahasa Inggris berjudul I Am a Cat tergolong dalam karya-karya sastra unggulan bersama dengan fiksi-fiksi singkat karya Robert Walser, karya-karya Italo Svevo terutama La Conscienza di Zeno karya tahun 1923, Bohumil Hrabal dengan roman yang kalau diterjemahkan ke bahasa Indonesia dapat menjadi Solitude Yang Teramat Nyaring.***

0 comments:

Post a Comment

◄ New Post Old Post ►