Monday, October 11, 2010

Biaya Masuk Perguruan Tinggi sangat Mahal

Potensi untuk menurunnya kualitas pendidikan kian terlihat, kenaikan dana untuk pembiayaan masuk ke perguruan tinggi yang meningkat drastis. Di beberapa daerah, itu sangat terlihat dengan menurunnya untuk melanjutkan pendidikan, banyak orang yang putus sekolah dan lain-lain.
Tahun ini, dibeberapa kampus tidak seramai tahun sebelumnya dipadati orang yang berbondong-bondong untuk mendaftarkan diri untuk mengikuti tes masuk ke perguruan tinggi. Mereka saling bercengkrama dan berdiskusikan jika mereka lulus akan membanggakan keluarga dan sekolah.
Namun generasi kita telah kandas, biaya untuk masuk ke perguruan tinggi sangat mahal. Selain mahal, masih banyak biaya operasional yang harus dibayar, baik sebelum lulus maupun setelah lulus. Sebagian dari biaya ini tidak jelas untuk apa dan kemana uang itu.
Dalam penentuan pembiayaan, lembaga ekstra maupun intra kampus tidak pernah dilibatkan dalam menentukan berapa besar biaya yang harus dikeluarkan calon dan mahasiswa baru yang kelak menggeluti pendidikan.
Sementara ini, peningkatan biaya itu masih saja terus meningkat dan tidak pernah ada upaya pihak kampus untuk melihat apa dampak bagi kampus dan dunia pendidikan khususnya.
Disisi lain, mengenai kualitas dan fasilatas yang masih terbelakang, belum merata diseluruh daerah, sehingga klasifikasi antara kampus kualitas rendah dan tinggi yang mengkotak-kotakkan output pendidikan masih kental.
Jika ingin melanjutkan pendidikan, berarti harus siap untuk mengeluarkan uang banyak, sehingga hasil pendidikan berkarakter untuk mencari cara mengembalikan uang yang telah dikeluarkan. Bukan lagi membangkitkan motifasi untuk menekuni pendidikan dan menghasilkan ilmuan yang menciptakan ilmu yang baru.
Untuk itu, pertama biaya bukanlah yang harus dinaikkan, akan tetapi membuka secara bebas siapa yang ingin melanjutkan sekolah. Membangun motifasi untuk belajar, sehingga menghadapi suatu persoalan dilandaskan pada proses untuk memecahkan masalah. Kedua menghilangkan watak pragmatisme, setelah selesai mencari pekerjaan meskipun itu tidak sesuai dengan bidang ilmu yang digeluti waktu kuliah. Rela menjadi petugas administrasi padahal sarjana teknologi yang siap menciptakan teknologi yang baru.

0 comments:

Post a Comment

◄ New Post Old Post ►