Tuesday, September 25, 2012

TEROPONG PENDIDIKAN HATTA


Pendidikan Kedaulatan Rakyat Dalam Pandangan Muhammad Hatta

Oleh: Heni Masruroh
Pendidikan Geografi UM
Abstrak: Pendidikan merupakan kebutuhan vital yang harus dimiliki oleh setiap orang. Pentingnya pendidikan ternyata sudah ada dalam benak para pendiri Bangsa (the founding father) sejak zaman sebelum kemerdekaan. Salah satu Bapak pendiri bangsa kita yang memikirkan mengenai pentingnya pendidikan yaitu Muhammad Hatta. Selama ini, Muhammad Hatta merupakan sosok yang identik dengan Teori Ekonominya yang diimplementasikan berupa adanya koperasi pada saat ini. namun, di sisi lain ternyata Muhammad Hatta  juga mempunyai pemikiran dalam bidang pendidikan. Pemikiran beliau berupa pendidikan ini digagas melalui pendirian Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Baru) , pendidikan ini berbasis pada pendidikan kedaulatan ra’jat yang mempunyai dalam implementasiya berupa Pendidikan Politik, Pendidikan Ekonomi dan Pendidikan sosial. Gagasan mengenai PNI ini sekitar tahun 1934-1935. Hal ini menunjukkan ketajaman berfikir dari sosok Muhammad Hatta, bahwa nantinya ketiga pilar Pendidikan Nasional Indonesia (PNI) dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia.
Keyword: PNI, Pendidikan, Muhammad Hatta
Selama ini Muhammad Hatta merupakan sosok yang identik dengan sebutan sebagai Bapak Koperasi, namun disisi lain Muhammad Hatta ternyata juga mempunyai pemikiran dalam bidang pendidikan. Beliau merupakan sosok yang dikenal sebagai orator, tidak jauh beda dengan Soekarno. Namun, hal yang membedakan antara Muhammad Hatta dengan Soekarno, yaitu Muhammad Hatta merupakan sosok penulis ulung. Banyak buku yang ditulis oleh Muhammad Hatta. Hal ini dibuktikan bahwa ketika beliau meninggal, beliau meninggalkan 30.000 judul buku. Buku yang ditulis oleh berupa buku-buku yang bernuansa politik, ekonomi maupun demokrasi.
            Muhammad Hatta  meneriakkan tangis pertamanya pada 12 Agustus 1902. Seorang bayi keturunan minang (Bukit Tinggi) hasil pernikahan antara Saleha dengan Muhammad Djamil. Muhammad Hatta lahir dari keluarga terpandang, pertalian antara pemuka agama dan saudagar. Kakek dari Muhammad Hatta yang berasal dari ayahnya (Muhammad Djamil) adalah seorang pemuka agama, beliau bernama Syekh Abdurrahman  atau lebih dikenala sebagai Syekh Batu Hampar. Jika menelisik lebih dalam mengenai kehidupan Muhammad Hatta, beliau dalam kehidupannya dikenal sebagai sosok yang sangat sederhana, rendah hati, penuh ketulusan dan religius.  Disisi lain Hatta dikenal sebagai sosok yang religius, namun dibalik semua itu ternyata Hatta juga merupakan sosok yang modern. Hal ini dikarenakan Minangkabau yang merupakan tempat dari kelahiran Muhammad Hatta menjadi pusat pembaruan agama, sosial, dan politik sejak abad ke -18 (Suleman, 2010:55). Salah satu bukti bahwa Muhammad Hatta merupakan sosok yang modern pada waktu kecil Muhammad Hatta sudah menemukan kesenangan hidup, Join de vivre. Salah satu kesenangan itu ada di Plein Van Rome, lapangan sepak bola yang terletak di alun-alun kota, di depan kantor Gemeerente, Padang (Tempo, 2002:19)
            Pendidikan Muhammad Hatta dimulai dari pendidikan agama yang beliau dapat dari Syekh Muhammad Djamil Djambek. Pendidikan Muhammad Hatta tidak putus dengan pendidikan agama saja, melainkan ketika itu Muhammad Hatta juga menimba ilmu di Europese Largere School (ELS) di Bukit tinggi, 1916. Seiring dengan pendidikan yang diterima Muhammad Hatta di Europese Largere School (ELS), pendidikan agama tidak terlupakan. Berbekal pendidikan agama yang kuat, setelah lulus dari Europese Largere School (ELS) Muhammad Hatta melanjutkan pendidikannya di Meer Uirgebreid Lagere School (MULO) di Padang, 1919. Pada saat itu Muhammad Hatta mendapat pendidikan agama dari Haji Abdullah Ahmad. 

Muhammad Hatta tumbuh menjadi seorang pribadi yang semakin sadar akan pentingnya kesadaran akan pendidikan Politik untuk anak Bangsa, sebagai salah satu bentuk kepedulian Muhammad Hatta dalam bidang politik pada saat itu, Muhammad Hatta menjadi pengurus Jong  Sumatranen Bond. Oleh karena, beliau merupakan sosok perpaduan antara pemuka agama dan saudagar, sehingga seteleh menempuh pendidikan di Meer Uirgebreid Lagere School (MULO), beliau melanjutkan pendidikannya di Handel Middlebare School, yaitu sebuah sekolah dagang yang berada di Jakarta, tahun 1921. Kemudian, setelah menempuh pendidikan dagang di Jakarta, Muhammad Hatta melanjutkan pendidikannya di Nederland Handelshogeschool di Rotterdam, Belanda. Disanalah Muhammad Hatta mendapat gelar (dengan gelar Drs), 1932. Nederland Handelshogeschool di Rotterdam, Belanda merupakan tempat terakhir beliau menempuh pendidikannya. Namun, meskipun demikian pemikiran dan analisis beliau mengenai politik, ekonomi, social dan demokrasi tetap beliau asah. Hal ini dibuktikan bahwa setelah pulang dari Belanda semakin banyak tulisan-tulisan beliau.
            Keserhanaan, kesufian, dan pemikiran yang tajam merupakan tiga dari beberapa kata yang menggambarkan sosok Muhammad Hatta. Bukittinggi yang merupakan temapt kelahiran Muhammad Hatta mempunyai pengaruh terhadap kehidupan Muhammad Hatta pada waktu itu. Bukittinggi memberi gambaran pada Muhammad Hatta tentang perbedaan hidup di dalam kota dan dusun-dusun sekitarnya. Menurut Hatta, terdapat perbedaan sistem keluarga yang berada di Bukittinggi dengan di Minangkabau. Sistem keluarga di Bukittinggi identik dengan sistem keluarga yang individual, sedangkan sistem keluarga di Minangkabau identik dengan sistem keluarga yang kolektif (Hatta, 2011:16).  Oleh karena, pada sistem keluarga yang kolektif terdapat persatuan ibu-bapak-anak bahkan kakek pada waktu itu, sehingga pada waktu itu dalam perkembangan hidupnya Muhammad Hatta mempunyai fondasi yang kuat dalam bidang keagamman, karena memang kakek beliau dari ayahnya adalah seorang pemuka agama yang bernama Syekh Abdurrahman  atau lebih dikenala sebagai Syekh Batu Hampar.
            Bukittinggi yang merupakan tempat kelahiran Muhammad Hatta mempunyai hawa yang sejuk. Di tempat ini terdapat gunung merapi dan gunung Singgalang yang melingkarinya, sehingga tidak heran jika suasana pada waktu itu sangat sejuk. Kehidupan sosial beliau dilalui dengan sangat sederhana dan religius. Ini dibuktikan, pada waktu itu (1947) kendati sudah menjadi pejabat tinggi, Muhammad Hatta sering jalan sendirian tanpa pengawal berkeliling kota tanpa menggunakan pengawal. “Beliau berjalan dengan menggunakan tongkat yang melengkung bagian  atasnya” (Husein, dalam Tempo 2002:15).
            Dikalangan sosial masyarakat, Muhammad Hatta juga dikenal sebagai sosok yang bersahaja dalam menjaga kebersihan dan dermawan. Ini dibuktikan disepanjang jalan menuju kantor beliau ketika menjabat di Bukittinggi terlihat bersih, ketika beliau melihat masyarakat yang membuang sampah semabarangan beliau hanya tersenyum dan mengingatkan. Selain menjadi sosok yang bersahaja Muhammad Hatta di lingkungn sosial masyarakay Bukittinggi juga dikenal sebagai sosok yang dermawan. Kedermawanan beliau terlihat ketika beliau membagikan rokok kepada masyarakat Bukittinggi ketika beliau ziarah ke Batu Hampar (1978), ketika itu pula Muhammad Hatta menghimbau kepada masyarakat setempat untuk menjaga dan melestarikan pohon kelapa. Menurut beliau, pohon kelapa merupakan salah satu pohon yang mempunyai nilai guna dari akar sampai dengan daunnya (Sya’roni, dalam Tempo 2002:17)
KONTRIBUSI MUHAMMAD HATTA SEBAGAI KAUM NASIONALIS
            Muhammad Hatta selain dikenal sebagai sosok yang sederhana, beliau juga terkenal dengan ketajaman berfikir, analisis dan keahliannya dalam bidang menulis. Hingga, ketika beliau wafat 1980 meninggalkan 30.000 ribu judul buku (Tempo, 2002:11). Dari tulisannya, beliau banyak menyumbangkan gagasan pemikiran mengenai eksistensi Bangsa Indonesia sebelum dan sesudah Kemerdekaan. Muhammad Hatta dan Soekarno merupakan sosok Negarawan yang dikenal sebagai The Founding Father (Bapak pendiri Bangsa), namun perbedaan diantara keduanya, Soekarno lebih ahli dalam bidang orasi, sehingga terdapat sebutan sebagai Singa Podium. Sedangkan Muhammad Hatta lebih dikenal melalui tulisannya. Salah satu dari beberapa karya beliau sebelum Kemerdekaan Indonesia yaitu Beliau merupakan orang yang ditunjuk oleh Soekarno untuk menuliskan pemikirannya dalam teks proklamasi. Soekarno berkata, “Aku persilahkan Bung Hatta menyusun teks ringkas sebab bahasanya yang kuanggap yang terbaik” (Hatta, 2011:91). Sebenarnya teks proklamasi tersebut sudah dibuat pada tanggal 22 Juni 1945, yang sekarang disebut dengan Piagam Jakarta.
Dari beberapa pemikiran Muhammad Hatta yang dituangkan melalui tulisan maupun gagasan. Penulis, tertarik untuk membahas pemikiran Muhammad Hatta dalam bidang pendidikan. Dan ternyata, pentingnya pendidikan bagi eksistensi suatu Bangsa untuk rakyatnya sudah terpikirkan oleh para pendiri Bangsa. Pemikiran Muhammad Hatta dalam pendidikan adanya Pendidikan Nasional Baru (PNI Baru). Sejarah terbentuknya PNI Baru berawal dari PNI, namun PNI dalam hal ini merupakan kepanjangan dari Partai Nasional Indonesia. Partai Nasional Indonesia (PNI) merupakan partai politik tertua yang didirikan pada 4 Juli 1927 dengan nama Perserikatan Nasional Indonesia dengan ketuanya pada saat itu adalah Dr. Tjipto Mangunkusumo, Mr. Sartono, Mr Iskaq Tjokrohadisuryodan Mr Sunaryo(www.wikipedia.org, diakses tanggal 17 Juni 2012).
Mr Sartono yang merupakan pemimpin dari Partai Nasional Indonesia (PNI) berusaha menyatukan PNI dengan Partai Bangsa Indonesia. Tujuan dari penyatuan ini yaitu terjadinya  pergerakan yang sinergis  antara pergerakan nasionalis berhaluan kooperasi dan nonkoperasi yang akan dipimpin oleh dr. Soetomo (Hatta, 2011:5).  Namun, hal ini ditentang oleh cabang-cabang PNI, sehingga akhirnya PNI pun dibubarkan dan diganti Partai Indonesia. Menurut Muhammad Hatta dengan pembubaran PNI menunjukkan bahwa para pemimpin tidak bersedia  berkorban dan sangat memalukan. Hal ini dapat menghambat pergerakan rakyat. Padahal, pada saat Muhammad Hatta berada di Perhimpunan Indonesia, beliau mempunyai gagasan untuk menerbitkan sebuah majalah yang ini diberi nama majalah Daulat Ra’jat, terbit setiap 10 hari sekali.  Penerbitan majalah ini berorientasi pada Pendidikan Kader Baru (Hatta, 2011:6). Menurut Muhammad Hatta, dengan adanya Daulat Ra’jat ini akan dapat mempertahankan asas kerakyatan. Rakyat mempunyai kedaulatan, kekuasaan (souvereiniteit), dan rakyat merupakan jantung dari sebuah Bangsa, sehingga menurut Muhammad Hatta dibutuhkan suatu pendidikan bagi rakyat dalam bidang politik, perekonomian dan dalam bidang sosial.  
Muhammad Hatta tidaklah diam ketika PNI dibubarkan oleh Mr. Sartono. Muhammad Hatta mempunyai pemikiran bahwa pendidikan kedaulatan rakyat itu sangatlah dibutuhkan oleh Rakyat Indonesia.  Atas dasar pemikiran tersebut Muhammad Hatta, Sjahrir, Soedjadi,  murad, Sjahruzah dan Teguh yang merupakan redaksi dari Daulat Ra’jat mengadakan pertemuan untuk membahas mengenai pendidikan atas dasar kedaulatan rakyat. Dari pertemuan tersebut lahirlah gagasan Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Baru).  Pemikiran pendidikan Muhammad Hatta yang menekankan pada kedaulatan rakyat yang berupa pendidikan kaderisasi sangat relevan jika diterapkan pada saat ini. Dengan pendidikan kaderisasi mampu mencetak generasi yang terlatih untuk menyeleseikan masalah-masalah yang mengancam eksistensi Bangsa dan menghambat perkembangan bangsa (Buchori, 2005:312).
Keinginan Muhammad Hatta untuk mendirikan Pendidikan Nasional Indonesia sangatlah kuat. Hal ini dibuktikan bahwa pada tanggal 10 September 1932, Muhammad Hatta menuliskan dua buah karangan yang berjudul “Pendirian Kita” dan “politik dan Ekonomi”. Tulisan lain yang disiapkan oleh Muhammad Hatta guna untuk memperjuangkan gagasannya mengenia Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Baru) yaitu pada majalah Daulat Ra’jat No. 37, tanggal 20 September Muhammad Hatta menuliskan gagasannya yang berjudul  “Pendidikan” dan “Krisis Dunia dan Nasib Rakyat Indonesia”. Menurut (Hatta, 2011:26) dasar pemikiran pendidikan berupa Pendidikan Nasional Indonesia sebagai berikut:
“Organisasi kita, kaum Daulat Rakyta, bernama Pendidikan Nasional
Pendidikan!Bukan atau belum lagi partai. Bukan karena khilaf atau curiga diambil nama ”Pendidikan”, melainkan dengan sengaja
Orang yang kurang paham menertawakan perkumpulan kita sebagai “Sekolah-sekolahan”
Muhammad Hatta menyadari bahwa Kemerdekaan yang telah dicapai oleh Bangsa Indonesia tidak hanya dicapai secara agitasi, melainkan butuh sebuah pengorganisasian. Rakyat bersekolah tidak hanya di tuntut untuk mempunyai budi pekerti dan iman yang kuat, melainkan rakyat harus mendapat suatu pendidikan. Pendidikan yang diberikan oleh rakyat harus mempunyai kejelasan yang pasti, sehingga jika sebelumnya dasar dari pendidikan rakyat hanya sebagai dendang persatuan, maka menurut Muhammad Hatta dasar pemikiran Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Baru) yaitu Kedaulatan Rakyat. Asas Kedaulatan Rakyat ini berdasarkan pemikiran bahwa rakyat merupakan bagian terpenting bagi eksistensi suatu Bangsa, sehingga perlu pengakuan atas eksistensi rakyat. Rakyat bebas menentukan nasibnya sendiri. Selain itu, hal lain yang mendasari pemikiran Pendidikan Nasional Indonesia dengan berasaskan pada Kedaulatan Rakyat, Muhammad Hatta berharap dengan adanya pendidikan kedaulatan rakyat ini dapat mengubah stereotype rakyat bahwa eksistensi suatu bangsa tidak hanya berada di tangan para pemimpin.
Dasar Pendidikan Nasional Indonesia yang berupa kedaulatan rakyat juga bisa disebut sebagai Demokrasi Rakyat, sehingga pada pemikiran pendidikan ini perhatian utama dari Muhammad Hatta juga bisa dikatakan dalam bidang Demokrasi Rakyat. Nasib rakyat ditentukan oleh, dari dan untuk rakyat. Oleh karena rakyat diberi kekuasaan penuh untuk menentukan nasibnya, sehingga dalam pendidikan yang digagasa oleh Muhammad Hatta ini tugas utamanya yaitu mendidik rakyat supaya timbul semangat merdeka pada diri mereka masing-masing. Hal ini bukan hal yang mudah, sebab dibutuhkan suatu sinergitas antara kesadaran demokrasi, iman, budi pekerti, dan kemauan yang keras (Hatta, 2011:26). Pada saat itu 30 September 1932 terdapat gagaan bahwa Pendidikan Nasional Indonesia akan digabungkan dengan Persatuan Partai Indonesia. Namun, secara sepihak Muhammad Hatta kurang menyetujui hal ini. Sebab, jika Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Baru) digabungkan dengan Persatuan Partai Indonesia tidak akan sesuai dengan gagasan Muhammad Hatta yang dituliskan dalam majalah Daulat Ra’jat No. 36, tanggal 10 September yang judulnya “Penderitaan Kita” (Hatta, 2011:29)
Pemikiran-pemikiran brilliant dari Muhammad Hatta ini, selain di dapat dari membaca berbagai Koran dan media. Muhammad Hatta juga terinspirasi dari pemikiran-pemikiran Tjokroaminoto yang didapat melalui surat kabar Utusan Hindia, dan Agus Salim melalui Neratja. Dari inilah Kesadaran politik Hatta makin berkembang. Dalam bidang politik Muhammad Hatta terinspirasi dari Abdul Moeis, beliau karena kebiasaannya menghadiri ceramah-ceramah atau pertemuan-pertemuan politik.
KONSEP PENDIDIKAN KEDAULATAN RAKYAT
Konsep pendidikan kedaulatan rakyat yang digagas oleh Muhammad Hatta yaitu pendidika kaderisasi. Dalam pandangan Muhammad Hatta dengan pendidikan kaderisasi yang didapat oleh rakyat akan mengantarkan pada Bangsa yang lebih baik. Muhammad Hatta berpendapat bahwa rakyat mempunyai kekuasaan yang penuh atas Bangsa, sehingga dibutuhkan suatu pendidikan yang berbasis pada kaderisasi guna untuk menyiapkan kader-kader Bangsa. Konsep dari pendidikan kedaulatan yang berbasis kedaulatan rakyat ini dalam implementasinya, Muhammad Hatta menggagas bahwa perlu diadakannya kursus-kursus atau pelatihan kepada rakyat.
            Muhammad Hatta beserta pemimpin dari Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Baru) pada waktu itu memberikan contoh kursus atau pelatihan pada masyarakat berupa masuk bui dan pembuangan, hal ini bertujuan agar mentalitas rakyat Indonesia tahan uji (Hatta, 2011:30). Diperlukannya suatu kursus atau pelatihan pada rakyat Indonesia karena Muhammad Hatta lebih mengedepankan pada pendidikan yang dapat menganalisis keadaan nyata. Bagi takyat yang ingin mengikuti pendidikan kaderisasi ini mereka harus melalui beberapa pokok tahapan ujian masuk. Pokok-pokok yang diujikan oleh Muhammad Hatta beserta para pemimpin Pendidikan Nasional pada waktu itu ialah :
1.      Sejarah umum Indonesia dalam garis besarnya, terutama sejarah pergerakan timbulnya Boedi Oetomo, dengan mengetahui perbedaan antara politik kooperaso dan nonkoperasi.
2.      Inmperialisme dalam pertumbuhannya.
3.      Kapitalisme dalam perkembangannya.
4.      Kolonialisme.
5.      Kedaultan Rakyat.
Dengan pengetahuan pengetahuan mengenai nasionalisme dan kursus ataupun pelatihan maka diharapkan bisa memunculkan kader-kader Bangsa yang berkualitas. sebab untuk membela suatu Bangsa dibutuhkan suatu pergerakan bukan hanya agitasi semata.
IMPLEMENTASI DALAM PENDIDIKAN NASIONAL INDONESIA
Pendidikan Nasional Indonesia merupakan pendidikan yang berbasisi pada kedaulatan rakyat. Konsep dari pendidikan ini yaitu kaderisasi, yang berupa pelatihan atau kursus. Pendidikan Nasional Indonesia ini mempunyai 3 Konstitusi yaitu untuk mencerdaskan rakyat dalam hal pendidikan politik, pendidikan ekonomi, dan pendidikan sosial (pidato Bung Hatta dalam reuni Pendidikan Nasional Indonesia yang diterbitkan di Bogor tahun 1968). Pada salah satu pasal pada Pendidikan Nasional Indonesia yang digagas oleh Muhammad Hatta yaitu Asas kedaulatan rakyat. Segala hukum haruslah bersandar pada perasaan keadilan dan kebenaran yang hidup dalam hati rakyat dan aturan penghidupan haruslah sempurna dan berbahagia bagi rakyat kalau ia beralaskan kedaulatan rakyat. Asas  kedaulatan rakyat ini menjadi sendi pengakuan oleh segala jenis manusia yang beradab, bahwa tiap-tiap bangsa mempunyai hak untuk menentukan nasibnya sendiri” (www.wordpress.com, diakses tanggal 28 Juni 2012).
Salah satu implementasi dari Pendidikan Nasional Indonesia yaitu gagasan Muhammad Hatta mengenai perekonomian Negeri. Rakyat mempunyai kekuasaan penuh terhadap perekonomian Negeri ini, dan segala sesuatu yang mengenai itu harus diseleseikan secara mufakat. Sebagai salah satu contoh pemikiran Muhammad Hatta mengenai perekonomian yang melibatkan adanya campur tangan rakyat yaitu gagasan Muhammad Hatta mengenai ekonomi terpimpin. Pemikiran Muhammad Hatta mengenai ekonomi terpimpin ini dituangkan dalam pasal 33 UUD 1945, yaitu
“..perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekelurgaan. Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang ,menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oelh Negara. Bumi air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negaradan dipegunakan untuk sebesar-besarnay untuk kemakmuran rakyat
Dengan adanya UUD 1945 pasal 33 ini menunjukkan bahwa secara ideologis, Muhammad Hatta ingin membangun sistem ekonomi yang sesuai dengan watak bangsa Indonesia yang menjunjung prinsip tolong menolong (sosialisme) (Abbas, 2010:7). Implementasi dari pasal 33 UUD 1945 yaitu gagasan Muhammad Hatta mengenai koperasi. Jadi, bisa disimpulkan bahwa salah satu Pendidikan Nasional Indonesia yang mempunyai asas  kedaulatan rakyat 3 konstitusi yaitu adanya koperasi.
            Menurut Muhammad Hatta dengan adanya koperasi itu merupakan salah satu bentuk dari adanya kedaulatan rakyat. Muhammad Hatta memperjuangkan koperasi ini bersifat kekeluargaan. Koperasi yang digagas oleh Muhammad Hatta merupakan gagasan ekonomi, sosialis dan kesejahteraan. Tujuan dari koperasi yang digagas oleh Muhammad Hatta yaitu adanya solidaritas dan individualitas.  Solidaritas antar anggota koperasi sangat diperlukan demi mewujudkan kekeluargaan, namun di satu sisi juga diperlukan individualitas agar masing-masing anggota memiliki dorongan untuk lebih maju.
KESIMPULAN
Muhammad Hatta merupakan sosok yang agamis, mempunyai pemikira yang brilliant, dan analisisnya sangat tajam. Salah satu pemikiran dari Muhammad Hatta dalam bidang pendidikan yaitu adanya Pendidikan Nasional Indonesi (PNI Baru).  Asas dari pendidikan ini yaitu kedaulatan rakyat. . Rakyat mempunyai kedaulatan, kekuasaan (souvereiniteit), dan rakyat merupakan jantung dari sebuah Bangsa, sehingga menurut Muhammad Hatta dibutuhkan suatu pendidikan bagi rakyat dalam bidang politik, perekonomian dan dalam bidang sosial.   Salah satu cara dalam pendidikan ini yaitu dengan cara memberikan pendidikan kaderisasi. Menurut Muhammad Hatta pendidikan kaderisasi merupakan salah satu cara menuju pendidikan yang seutuhnya. Menurut Muhammad Hatta, kemerdekaan Indonesia tidak hanya dicapai melalui agitasi saja melainkan juga dicapai melalui pengorbanan. Diharapkan dengan pendidikan kaderisasi mampu mencetak generasi yang terlatih untuk menyeleseikan masalah-masalah yang mengancam eksistensi Bangsa dan menghambat perkembangan bangsa. Pendidikan kederisasi ini ditempuh melaui pelatihan atau kursus. Salah satu pelatihan yang diterapkan oleh Muhammad Hatta pada waktu yaitu waktu itu memberikan contoh kursus atau pelatihan pada masyarakat berupa masuk bui dan pembuangan, hal ini bertujuan agar mentalitas rakyat Indonesia tahan uji.
 Pendidikan Nasional Indonesia ini mempunyai 3 Konstitusi yaitu untuk mencerdaskan rakyat dalam hal pendidikan politik, pendidikan ekonomi, dan pendidikan sosial. Salah satu implementasi dari Pendidikan Nasional Indonesia yaitu gagasan Muhammad Hatta mengenai perekonomian Negeri. Rakyat mempunyai kekuasaan penuh terhadap perekonomian Negeri ini, dan segala sesuatu yang mengenai itu harus diseleseikan secara mufakat. Sebagai salah satu contoh pemikiran Muhammad Hatta mengenai perekonomian yang melibatkan adanya campur tangan rakyat yaitu gagasan Muhammad Hatta mengenai ekonomi terpimpin. Pemikiran Muhammad Hatta mengenai ekonomi terpimpin ini dituangkan dalam pasal 33 UUD 1945. Implementasi dari pasal 33 UUD 1945 yaitu gagasan Muhammad Hatta mengenai koperasi. Jadi, bisa disimpulkan bahwa salah satu Pendidikan Nasional Indonesia yang mempunyai asas  kedaulatan rakyat 3 konstitusi yaitu adanya koperasi.
DAFTAR PUSTAKA
Hatta, M. 2011. Bukittinggi-Rotterdam Lewat Betawi.Jakarta: Penerbit Buku Kompas
Hatta, M. 2011. Menuju Gerbang Kemerdekaan. Jakarta: Penerbit Buku Kompas
Hatta, M. 2011. Berjuang dan Dibuang. Jakarta: Penerbit Buku Kompas
Tempo, 2002. Hatta Jejak yang Melampaui Zaman. Jakarta: Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia
Hatta, M 1967. Ekonomi Terpimpin.  Jakarta: Penerbit Djambatan
Buchori, Mochtar. 2005. Indonesia Mencari Demokrasi. Yogyakarata: InsistPress
Suleman, Zulfikri. 2010. Demokrasi Untuk Indonesia:Pemikiran Politik Bung Hatta. Jakarta: Penerbit Buku Kompas
Abbas, Anwar. 2010. Bung Hatta dan Ekonomi Islam. Jakarta: Penerbit Buku Kompas
Alam, W T. 2006. Demi Bangsaku: Pertentangan Bung Karno VS Bung Hatta. Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

suweca, I ketut 2011. Bung Hatta, Demokrasi Ekonomi, dan Pasar Tradisional diakses melalui (http://sosbud.kompasiana.com/2011/10/12/bung-hatta-demokrasi-ekonomi-dan-pasar-tradisional/ diakses tanggal 23 Juni 2012

------, 2012. Demokrasi dalam Perspektif Bung Hatta diakses melalui (http://madjidpolitika.wordpress.com/2012/03/20/demokrasi-dalam-perspektif-bung-hatta/diakses tanggal 23 Juni 2012)

0 comments:

Post a Comment

◄ New Post Old Post ►
 

Copyright 2012 Forum TJK Indonesia: TEROPONG PENDIDIKAN HATTA Template by Bamz | Publish on Bamz Templates